13 May 2014

Mindset 2

Tags


"we become what we think".

Ungkapan diatas pertama kali saya dengar saat saya masih mahasiswa baru. waktu itu ada sesi entrepeneurship yang diisi oleh bapak Soehardjoepri. beliau berpesan bahwa fikirkanlah hal yang baik, nisacaya kau akan jadi orang baik.

Kemarin saat saya mampir di warung kopi, kebetulan orang-orang disini suka sekali dengan budaya "cangkruk" (nongkrong di warung kopi). mengenai ini nanti akan saya bahas di tulisan yang lain. tak sengaja saya melihat hal yang sangat digandrungi ibu-ibu, sinetron. ya, selama menjadi mahasiswa saya memang  jarang sekali melihat televisi, selain tidak punya (maklum di asrama) juga tidak terlalu tertarik.skip skip..
dalam sinetron itu ada adegan anak sekolah SMA. laki-laki dan perempuan. yang laki-laki bergaya, yang perempuan roknya minim sekali, sedang berdandan lengkap dengan kacanya, dan dua-duanya tidak membawa tas ataupun buku pelajaran. saat guru mereka datang dan menanyakan kenapa tidak masuk kelas, mereka jawab " bapak kalau mau masuk ya masuk aja, ini kan negara bebas"..
miris rasanya melihat hal seperti itu. heran juga kenapa di setiap adegan sekolah tidak ada yang menggambarkan adegan belajar mengajar secara efektif, yang ada hanya adegan pacaran, pamer kekayaan, dsb. apa jadinya kalau 50 juta pelajar indonesia menirunya?.

Media adalah pembentuk karakter bangsa saat ini. apa yang diliput oleh media akan tertanam dalam mindset pemirsa dan dijadikan tolak ukur bagi yang tak punya pegangan. misal karena media sekarang orang menganggap bahwa cantik itu putih, tinggi, langsing, jadi yang diluar itu berarti tidak cantik.
contoh lagi adalah bagaimana media meliput masalah bencana alam di negeri ini. kenapa setiap ada bencana yang menjadi titik berat adalah poin "korban kekurangan bantuan", "bantuan belum datang", "pemerintah lambat", dan banyak hal negatif lainnya. bukan bermaksud membandingkan, namun saat saya melihat liputan bencana alam di Jepang, terlihat bahwa warga saling bersama-sama membantu korban yang lain, yang mereka liput adalah kesigapan pemerintah, semangat persatuannya, dan kemadirian mereka sendiri. bukan berarti di Indonesia warganya tidak seperti itu, namun lensa media tidak bercerita demikian.

Berita buruk itu seperti penyakit, menular dan mematikan. jadilah agen perubahan, hindari berita buruk, sebarkan terus berita baik dan energi positif. berikan hal yang terbaik untuk Tuhan, Almamater, dan Bangsamu.


salam,
hamid alrasyid