31 Mar 2013

Internasional katanya..

Tags

Sebenarnya saya sudah agak lupa dengan hal ini, namun tulisan spanduk besar di sebuah sekolah swasta membuat saya mencoba mengingat dan menuliskan apa yang pernah saya fikirkan,

Jumat yang panas, seperti hari-hari biasanya di Surabaya. di masjid utama kampus teknik tersebut terlihat hal yang tidak biasa. khutbah jumat yang biasanya begitu membosankan, jamaah yang mayoritas mengantuk, hampir tidak ada saat itu. rupa-rupanya mereka sedang serius mendengarkan khutbah menarik yang disampaikan guru besar teknik mesin, Prof Abdullah Shahab. kali ini dosen kharismatik tersebut menyampaikan tentang sisi nasionalisme yang mulai pudar. 

Beliau mengawali khutbah dengan bercerita bahwa saat berangkat ke masjid sekilas di pertigaan kampus terlihat spanduk yang cukup besar bertuliskan "Why USA is succesfull?" dan beliau merasa agak risih dengan hal itu. saya sendiri juga berfikir mengapa bila ada tulisan Amerika negara maju, Eropa dan sebagainya, dalam hati kita akan mengiyakan. seolah-olah sudah terpatri dalam benak bahwa negara maju adalah negara-negara barat, Indonesia dan sebagian negara Asia adalah negara berkembang. sedangkan negara-negara Benua Afrika tidak hanya dipandang sebelah mata namun malah dicap sebagai "Dunia Ketiga".

Beliau berpendapat bahwa sering kali kita digiring pada pendapat bahwa Internasional adalah milik mereka. saya merasa sependapat, terbukti dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang mengusung tema Internasional hampir selalu mengusung wajah-wajah bule berkulit putih dan bermata biru. bahkan hal ini tercermin dari skap kita terhadap orag-orang dari barat. bahkan Dr. Yuniar Nugroho, Ahli Inovasi teknologi Bidang sosial lulusan Manchester University, pernah bercerita sewaktu pulang ke Indonesia dan mencoba mengajukan sebagai tenaga pengajar , pihak kampus beralasan tidak sedang membutuhkan tenaga di bidangnya. Namun beberapa waktu kemudian beliau mendengar anak didiknya sewaktu di Inggris dulu diterima di kampus itu. mungkin karena orang bule jadi lebih bisa "menjual", kenangnya. 

Tanpa bermaksud antipati dengan sekolah berlabel Internasional, Prof Shahab juga mempertanyakan standar apa yang dipakai untuk menentukan label Internasional. Apakah harus berbahasa inggris, apakah harus memenuhi syarat ini dan itu. Faktanya masing-masing sekolah internasional itu memilki standar yang berbeda-beda. saya juga seapakat dengan beliau. Inernasional adalah label yang disematkan agar kita terus mengikut kepada mereka. tanpa kita sadari kita digiring pada pernyataan Internasional is out there, not here
Padahal sejatinya Internasional adalah seluruh elemen dari negara-negara di dunia ini. Indonesia, Amerika, Afrika, semuanya adalah Internasional. International is us, not only U and S!.

Beliau mengingatkan kalau negara ingin maju sudah seharusnya standar nasional Indonesia ini haruslah lebih tinggi, lebih ketat, lebih qualified daripada standar yang ada di negara lain. tak jarang beberapa pihak menerima standar dari negara lain secara utuh, padahal kondisinya berbeda dengan negeri ini. 

Di penghujug sore ini, terbersit pemikiran bahwa, mungkin saja standar yang paling baik bagi anak bangsa ini adalah standar nasional yang mengusung kearifan nilai-nilai lokal, yang tidak hanya mencetak Intelek yang pintar namun juga 'sadar' dengan asalnya. 
namun sekali lagi, ini hanya pendapat pribadi, bagaimana pendapatmu?